Dzul Qarnain

Tafsir Al-Qur’an yang diterbitkan oleh Departemen Agama menjelaskan bahwa “Zulkarnain ialah Iskandar bin Philips keturunan Yunani murid dari Aristoteles seorang filsuf besar yang ajaran filsafatnya telah tersebar luas di kalangan umat Islam. Zulkarnain itu hidupnya kira-kira pada 330 tahun SM. Dia berasal dari kota Macedonia, pernah memerangi Persia, dan mengusai kerajaan Darius dan kawin dengan salah seorang putrinya, kemudian ia menyerbu ke India dan mengusai nya dan melebarkan sayap kekuasaannya sampai ke negeri Mesir dan mendirikan kota Iskandariah untuk memperingati jasa-jasanya”. Jadi Dzul-Qarnain dalam Quran Suci diidentikkan dengan Alexander (356-323 SM) atau Iskandar, sehingga digabungkan menjadi Iskandar Zulkarnain.

Pendapat ini jauh panggang dari api. Alexander atau Iskandar bukanlah Dzul-Qarnain. Alexander memang raja dan penakluk besar, tetapi karakter dan tanda-tanda yang dikemukakan oleh Quran Suci tak dapat diterapkan kepada Alexander yang paganis atau politeistik dari Yunani.

Siapakah Dzul-Qarnain? Untuk menjawab pertanyaan ini terlebih dahulu perlu mengetahui arti nama itu, lalu memahami informasi samawi yang terdapat dalam Quran Suci dan Kitab Suci sebelumnya serta kesaksian sejarah. Nama Dzul-Qarnain terdiri dari dia kata, dzû artinya yang memiliki dan qarnain artinya dua tanduk atau dua abad; oleh karena itu secara linguistik dzul-qarnain makna aslinya orang yang memiliki dua tanduk atau orang kepunyaan dua generasi atau dua abad.

Lukisan metaforis itu akan semakin jelas jika kita perhatikan impian Nabi Daniel as (+ 600SM) tentang domba jantan bertanduk dua: “ketika aku melihat lihat ke sekitarku tampaklah seekor domba jantan dengan dua tanduk…Domba jantan itu menanduk segala sesuatu di hadapannya, ke barat, ke utara dan ke selatan. Tidak ada yang dapat melawan dia ataupun menolong para korbannya. Ia berbuat sesuka hatinya dan menjadi sangat berkuasa” (Dan 8:3-4).

Mimpi itu diterangkan takwilnya: “Kedua tanduk domba yang kau lihat ialah raja-raja Media dan Persia” (Dan 8:20). Dari keterangan ini jelaslah bahwa Dzul-Qarnain adalah raja-raja Persia. Sejarah mencatat, Cyrus Agung (550-529 SM) pada tahun 550 SM menghancurkan pemerintahan Media. Dengan kekalahan Babil pada tahun 539 SM muncullah Kerajaan Agung Persia. Untuk mengukuhkan tapal batas Kerajaan agung Persia, Cyrus Agung (558-529 SM) melakukan ekspidisi ke barat sampai ke suatu tempat dimana ia menyaksikan seolah-olah matahari terbenam di Laut yang hitam airnya (18:86), yakni Laut Hitam; lalu ke arah timur, sampai ke satu tempat terbitnya matahari yang beliau temukan matahari itu terbit di atas kaum yang tak mendapat perlindungan dari matahari (18:90), yakni Asia Tengah; ke utara sampai di tempat antara dua bukit yang dihuni oleh bangsa yang masih biadab yang senantiasa diserang oleh *Yakjuj dan *Makjuj (18:93-94). Uraian Quran Suci selaras dengan keterangan tentang “Darius I” dalam Encyclopaedia Biblicia, Encyclopaedia Britanica dan Jewish Encyclopaedia.

Uraian demikian halnya Dzul-Qarnain yang dituju dalam Quran Suci bisa ditujukan kepada: (1) Raja Cyrus Agung yang mempersatukan Media-Persi 550 SM lalu membinasakan Babil pada tahun 539 SM yang dalam mimpi Daniel dilambangkan sebagai “harimau kumbang bersayap empat” (Dan 8:6)—sayap adalah lambang kecepatan bergerak (Hab 1:6-8)—atau yang dilambangkan “tembaga” dalam mimpi Nebukadnezar (Dan 2:32), bertanduk dua dalam mimpi Daniel. Beliaulah yang melakukan ekspedisi ketiga penjuru untuk meneguhkan tapal batas kerajaan Persia Raya, dan karakternya berlaku adil dan baik hati (18:86-87) lagi beriman, beramal saleh dan menerima wahyu Ilahi (18:88) bahkan bernubuat tentang zaman akhir (18:98-101). Beliaulah yang membangun tembok penghalang yang mengurung Yakjuj dan Makjuj (18:94-97) dan yang memberi izin dan membantu kaum Yahudi membangun kembali Bait Allah di Yerusalem sebagaimana dijelaskan dalam kitab Ezra 4:5, 24: 5:5; 6:1; Hajai 1:1; 2:10 dan Zakaria 1:7. (2) Raja-raja Persia Raya seluruhnya, karena Kerajaan itu berdaulat selama dua generasi atau dua abad, yakni tahun 539-332 SM.

Seperti dinubuatkan oleh Nabi Daniel, Persia yang dalam impian Daniel dilambangkan sebagai beruang dengan tiga tulang rusuk pada mulutnya (Dan 8:5) atau dilambangkan perak dalam mimpi Nebukadnezar (Dan 2:32), akan dikalahkan oleh Makedonia atau Yunani di bawah kuasa Alexander the Great (356-323 SM).

Jadi Dzul-Qarnain dalam Quran Suci adalah kisah Kerajaan Persia Raya I yang didalamnya terdapat seorang Raja besar yang juga seorang Nabi, Persia Raya II eksis dari abad ke-3 s/d abad ke-7 Masehi yang senantiasa bermusuhan dengan Romawi sebagaimana disinggung dalam Quran Suci 30:1-7.

Juru Selamat Dunia. Hendaklah disadari bahwa setiap kisah dalam Quran Suci sebagai ibrah atau pelajaran itu (12:111) bukan hanya mengandung kisah sejarah yang menerangkan tentang suatu peristiwa yang telah terjadi pada zaman dahulu di tempat tertentu oleh orang atau tokoh tertentu saja, melainkan pula mengandung profetik untuk masa-masa yang akan datang, misalnya kisah Dzul-Qarnain.

Secara kontekstual Dzul-Qarnain tak terpisahkan dengan Yakjuj dan Makjuj dan oleh Nabi Suci dalam Hadits diidentifikasi sebagai Dajjal atau pembohong. Surat Alkahfi mengungkapkan hal itu. Intinya sebagai berikut: Rukuk pertama, berisi kecaman terhadap dogma Kristen tentang Allah berputra, lalu diteruskan dengan uraian tentang “hiasan” duniawi yang menghalang-halangi umat Kristen untuk menerima kebenaran; namun kita diberi tahu, bahwa demi agama, nenek moyang mereka memutuskan dengan barang-barang duniawi, hidup di Gua. Lalu pada rukuk kedua dan ketiga membahas riwayat pemilik Gua yang mengandung makna amat dalam, karena bermuatan ramalan tentang sejarah umat Kristen dikemudian hari. Rukuk keempat informasi bahasa dewasa ini petunjuk yang benar hanyalah yang disajikan oleh Quran Suci. Rukuk kelima menyajikan gambaran dengan tamsil “dua golongan” dan “dua kebun” yang tiada lain menggambarkan dua masa kejayaan umat Kristen yang diantara kedua masa kejayaan itu lahirlah umat Islam yang dilukiskan sebagai “sungai”. Dan rukuk berikutnya membahas dihadapkannya orang yang bersalah ke muka pengadilan dan bahwa mereka tak berdaya sama sekali. Ini membuatkan kebinasaan umat Kristen dengan terjadinya peperangan dahsyat diantara mereka sendiri. Rukuk ke delapan melukiskan kekerasan kepada mereka, mereka menganggap sepi peringatan pertama kepada mereka itu. Dua rukuk berikutnya menguraikan Isra’ dan Mi’raj Nabi Musa (18:60-82) yang berisi gambaran tentang perbedaan menyolok antara syariat Musa yang sempit dan syariat Muhammad saw yang sifatnya uniersal. Rukuk ke sebelas menerangkan tentang Dzul-Qarnain yang berusaha menyelamatkan umat manusia dari serangan Yakjuj dan Makjuj, dan nubuatnya tentang merajalelanya Yakjuj dan Makjuj pada zaman akhir. Lalu ditutup oleh rukuk ke dua belas, kembali menerangkan agama Kristen yang dogma pokoknya “mengambil pelindung selain Allah” dan kecerdikan Yakjuj dan Makjuj yang menganut agama itu dalam membuat barang-barang duniawi.

Jadi surat Alkahfi itu mengungkap misteri keagamaman sepanjang zaman yang peran utamanya adalah Dzul-Qarain dan Yakjuj Makjuj yang disebut pula Ashhabul-kahfi warraqîn (18:9) atau Dajjal menurut Hadits. Hanya bedanya, Dajjal yang artinya pembohong menunjuk kepada agama yang dogma pokoknya Allah berputra (18:4) yang ini merupakan kebohongan terhadap Allah (61:7) askhabul kahfi war-raqîm menunjuk sejarah agama dan umatnya, askhabul-kahfi artinya para pemilik Gua menunjuk sejarah awal selama 309 tahun (18:25), mereka benar-benar hidup di dalam gua-gua dan katakombe, ini dalam arti hakiki, tetapi secara majasi umat Kristen awalnya mengorbankan duniawi demi agama, tetapi pada zaman akhir mereka mengorbankan agama demi duniawi, sebagai perwujudan arraqim artinya tulisan atau inskripsi, yang ini adalah ciri utama kegiatan bisnis umat Kristen dewasa ini. Sebutan Yakjuj Makjuj berkenaan dengan bangsa yang menganut agama Kristen dan menyebarluaskannya ke seluruh dunia. Karakter bangsa itu berbuat rusak di muka bumi, baik pada masa awal pada zaman purba sezaman dengan Dzul-Qarnain tatkala mereka belum beragama (18:94) maupun pada zaman akhir setelah mereka memeluk agama Kristen (18:98-101).

Umat Kristen mengalami kejayaan dua kali (18:32-44) sebagai pemenuhan doa Isa Almasih (Yesus Kristus) yang disebut Hari Raya yang awal dan yang mulai awal abad ke-4 Masehi tatkala Konstantin Agung memeluk agama itu sampai awal abad ke-7 karena lahirnya Agama Islam yang dibawa oleh Nabi Suci Muhammad saw (570-632). Kristen mengalami kemunduran untuk sementara waktu, selama seribu tahun. Sejarah mencatat, pada masa awal kemunduran bangsa-bangsa eropa keturunan Yakjuj Makjuj berhasil dikristenkan. Memasuki abad ke-17 mereka bangkit merajalela ke seluruh dunia “tatkala Yakjuj Makjuj dilepas dan mereka mengalir dari tiap-tiap tempat yang tinggi” (21:96).

Kini memasuki milenium ketiga, berarti telah tiba waktunya fitnahnya Dajjal, Yakjuj Makjuj berakhir. Jika pada zaman purba juru selamat umat manusia adalah Dzul-Qarnain putra Persia yang diperagakan oleh raja-raja agung persia, seperti Cyrus Agung dan Darius Agung, maka kisah ini berulang kembali, tatkala Yakjuj Makjuj merajalela ke seluruh dunia pada zaman akhir, juru selamat dunia juga “Dzul-Qarnain putra Persia”, yakni Hazrat Mizra Ghulam Ahmad (1835-1908). Hanya bedanya tembok Dzul-Qarnain purba materialnya antara lain balok-balok besi dan tembaga (19:95-97) bersifat jasmani; sedang tembok Dzul-Qarnanin zaman akhir “materialnya“ adalah dzikrullah dan senjatanya dalil, bersifat rohani.

Pada zaman purba Yakjuj dan Makjuj muncul di Barat sampai zaman Nabi Suci, pada zaman akhir Yakjuj dan Makjuj atau Dajjal muncul atau merajalelanya fitnah di Timur. Dengan uraian tersebut terkuaklah empat misteri keagamaan dalam surat Alkahfi, yakni tentang: Ashkhabul kahfi warraqim, Khidhir guru Nabi Musa, Dzul-Qarnain dan *Yakjuj Makjuj, karena sebagai proftik kini telah tergenapi. Wallahu a’lam bish-shawab.[]

 

  1. Leave a comment

tinggalkan komentar